Magnet DMZ di Perbatasan Korea

Jum'at, 17 April 2015 - 08:33 WIB
Magnet DMZ di Perbatasan...
Magnet DMZ di Perbatasan Korea
A A A
Akhirnya kesampaian juga saya pergi ke DMZ Demilitarized Zone. Aktivitas di daerah perbatasan memang menarik untuk disimak. Perjalanan ke DMZ relatif mudah karena banyak biro perjalanan yang menawarkan program ini di Korea Selatan.

Yang membuat sedikit sulit adalah pemesanan paket tur karena banyaknya orang yang ternyata penasaran dan ingin berkunjung ke DMZ. Sebenarnya ada dua cara yang bisa ditempuh untuk pergi ke tempat ini. Naik kereta api dari stasiun kereta Seoul atau bus. Sangat disarankan untuk ikut paket tur karena akan lebih mudah.

Tur ke DMZ pada garis besarnya dibagi menjadi dua. Pertama, tur DMZ dengan berkunjung ke Imjingak Park, Freedom Bridge, The 3rd Infiltration Tunnel, DMZ Theater/Exhibition Hall, Dora Observatory, Dorasan Village. Kedua, menuju Panmunjeom (JSAJoint Security Area) dengan berkunjung ke perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan.

Kami semua berkumpul di depan Hotel Lotte, Seoul, tepat pukul 07.50 pada awal Maret. Dalam perjalanan ini, saya berangkat bersama rekan saya dari Thailand. Kami memilih paket DMZ dan JSA. Untuk mengikuti tur ini, kami perlu membayar KRW125.000 atau sekitar Rp1.500.000 per orang. Harga ini akan lebih mahal jika dilakukan pada akhir pekan.

Untuk paket gabungan DMZ dan JSA, kami harus memesan setidaknya dua hari sebelum perjalanan karena kami harus mengumpulkan foto kopi paspor untuk mendapatkan persetujuan dari JSA. Kendati demikian, jika hanya DMZ, Anda bisa memesan sehari sebelumnya. Harganya pun hanya setengahnya. Kami juga harus membawa paspor tersebut selama mengikuti tur.

Tujuan pertama adalah Imjingak Park. Perlu waktu lebih kurang 1 jam untuk sampai tempat ini. Di sini, kami dapat melihat pita berwarna-warni tempat untuk menuliskan harapan reunifikasi antara Korea Utara dan Korea Selatan. Selain itu, kami juga melihat salah satu kereta api tua yang pernah digunakan sebagai alat transportasi antara Korea Utara dan Selatan.

Kedua bangsa ini mulai terpisah sejak 1945. Hubungan kedua negara ini semakin buruk ketika kemudian terjadi perang Korea yang berlangsung antara 1950 sampai 1953. Dalam perang tersebut, kedua pihak ingin menjadi nomor satu. Saat ini hubungan Korea Selatan dan Korea Utara memang kurang mesra.

Beberapa usaha perdamaian sudah pernah dilakukan tapi tetap saja sampai sekarang hal tersebut belum membuahkan hasil. Tidak lama kami berhenti di sini sebelum melanjutkan ke The 3rd Infiltration Tunnel. Ada beberapa hal yang menarik yang kami lewati sebelum sampai di sana.

Pertama adalah military pointuntuk memeriksa paspor. Pemandu kami Park Se-yeon menjelaskan bahwa ada beberapa kriteria untuk menjadi penjaga di tempat perbatasan, yaitu tingginya harus lebih dari 175 cm, memiliki kemampuan bela diri, dan tampan. Hanya, selama di perbatasan kami tidak diizinkan untuk memfoto.

Pemeriksaan berjalan dengan cepat dan kami kemudian melanjutkan perjalanan. Sesudah lebih kurang 300 meter bus kami berjalan, kami melintasi Freedom Bridge. Jembatan ini sering disebut sebagai Cow Bridge karena pada 1998 Chung Ju-yung, pendiri perusahaan Hyundai, menyumbang 1.000 kerbau kepada Korea Utara sebagai bagian dari program bantuan ekonomi Korea Selatan ke Korea Utara.

Jembatan ini digunakan sebagai tempat untuk mengirimkan bantuan tersebut. Sebelum Korea terpisah Chung Juyung tinggal di Korea Utara. Di dalam perjalanan, kami juga melintasi jalan tol yang menuju ke wilayah Kaesong. Daerah ini adalah daerah industri yang mempekerjakan lebih kurang 50.000 warga negara Korea Utara. Lebih dari 100 perusahaan Korea Selatan membangun pabrik di sini.

Lebih kurang 30 km saja dari pintu gerbang tol ke arah Kaesong. Sayang sekali kami tidak diizinkan untuk pergi ke sana dan memfoto. Aturan dalam program ini memang sangat ketat. Lebih kurang 40 menit kami akhirnya sampai ke DMZ. Pertama- tama kami melihat film tentang The 3rd Infiltration Tunneldi teater DMZ yang menurut saya sangat menarik. Terowongan sepanjang 1,7 km ini ditemukan pada 1978.

Menariknya, tunnelini sebenarnya digunakan oleh Korea Utara untuk menyerang Korea Selatan. Jarak tunnel ini ke Kota Seoul hanya berjarak sekitar 44 km. Ada empat tunnelyang dibangun Korea Utara untuk menyerang Seoul. Kami kemudian berjalan menyusuri tunnel ini. Tunnel ini sangat bersih dan terawat. Sekali lagi kami tidak diizinkan untuk mengambil gambar.

Sebelum masuk tunnel petugas memberikan helm. Tinggi tunnel ini lebih kurang 2 meter dan lebarnya 2 meter. Kami amati dengan seksama bagaimana hebatnya Korea Utara dalam membangun tunnel tersebut. Hanya sampai saat ini pihak Korea Utara masih tidak mengakui bahwa tunnel ini dibangun untuk menyerang Korea Selatan.

Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan ke Dora Observatory dan Dorasan Station.Kedua tempat ini menjadi tempat yang sangat menarik dan harus dikunjungi selama Anda pergi ke DMZ. Dari Dora Observatory, melalui teropong, kita bisa melihat desa kecil bernama Daeseong. Ada beberapa warga Korea Selatan yang tinggal di sini.

Mereka yang tinggal di sini diberikan beberapa keistimewaan, seperti dibebaskan dari pajak, wajib militer, dan mendapatkan tunjangan tertentu. Selain itu, kita juga bisa melihat wilayah Korea Utara, yaitu Ghost Village yang ditandai dengan berbagai bendera Korea Utara yang dipasang di tiang bendera.

Menurut pemandu kami, tiang bendera tersebut menjadi salah satu yang paling tinggi di dunia yang mencapai 525 kaki dengan berat bendera lebih kurang 600 pon. Mereka membangun tiang bendera ini setelah Korea Selatan membangun tiang setinggi 323 kali di daerah Daeseong. Intinya, Korea Utara ingin menunjukkan kepada dunia luar bahwa mereka masih lebih kuat.

Ony Jamhari
Kontributor KORAN SINDO
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0742 seconds (0.1#10.140)